Turaes, Makanan Khas Conggeang dan Buahdua

Ajat Sudrajat

 - 

Tuesday, 31 January 2023 - 15:45 WIB

Turaes, Makanan Khas Conggeang dan Buahdua

Turaes, Makanan Khas Conggeang dan Buahdua — 2 bulan yang lalu


Turaes, merupakan hewan yang sering muncul saat menjelang kemarau, antara Bulan Februari hingga April. Selain di bulan itu, serangga ini tidak ada.

Turaes sendiri hewan sejenis serangga berasal dari ordo Hemiptera, sob ordo Auchenorrhyncha, di superfamilia Cicadoidea.

Turaes ini saat kemunculannya, bisa menjadi kuliner yang khas di masyarakat Kecamatan Conggeang dan Buahdua Kabupaten Sumedang Jawa Barat. Baik menjadi lauk pauk teman nasi ataupun dijadikan cemilan. Bahkan di beberapa tempat, pasakan turaes dapat bertahan hingga 2 bulan setelah dimasukkan dalam toples.

Berburu turaes dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan ngaleugeut/menggunakan sejenis lem dari bahan alam di siang hari, atau dengan ngobor pada malam hari. Pemburu turaes dengan cara ngaleugeut biasa berangkat ke hutan atau kebun sekitar jam 6.00 pagi dan pulang pada pukul 14.00 siang hari. Para pemburu tersebut tersebar di beberapa pelosok desa antara lain Narimbang, Jambu dan Cibubuan dan sekitarnya.

Seorang pemburu turaes dan pedagang di pasar Conggeang Edi mengatakan, ketika berburu turaes, dirinya selalu berangkat pagi dan pulang dari hutan siang hari. Leugeut merupakan alat yang cukup efektif untuk mendapatkan turaes.

“Ketika turaes berada di batang pohon atau daun, leugeut (sejenis lem) dipakai menangkap turaes dengan memakai bambu panjang dengan ujungnya diberi lidi yang telah memakai leugeut. Hal itu untuk memudahkan menjangkaunya,” katanya.

Edi menjelaskan, turaes akan menempel di ujung lidi tersebut. “Dimana ada turaes, ujung lidi tinggal ditempelkan saja,” tambahnya.

Dengan memakai leugeut, Edi bisa mendapatkan sampai 600 ekor turaes perharinya. Tergantung keberadaan turaes sendiri di hutan, banyak atau tidak.

Ketika musim turaes, Edi merasa senang menangkap turaes, tidak ada rasa lelah ketika harus ke hutan. Disamping itu, lumayan menghasilkan bagi keuangan keluarga.

Sementara itu, cara lainnya yaitu ngobor turaes dilakukan pada malam hari. Cukup dengan membawa lampu pijar/ neon/ berwarna putih ke hutan, turaes akan menyambar ke arah lampu karena sifat alaminya. Fungsi lampu, selain untuk penerangan juga sebagai pemancing untuk serangga datang. Atau jika ingin lebih banyak, bisa menggerakan/ memukul batang pohon hingga turaes berjatuhan ke tanah. Saat berjatuhan ke tanah, barulah turaes diambil.

Keberadaan turaes di malam hari bisa ditandai dengan adanya pohon Suren atau pete, karena makanan turaes berada di kedua jenis pohon itu dengan cara menghisap cairan di pori-pori batangnya. Hal itu diungkapkan Endang Jaro, warga Dusun Sampora, Desa Cibubuan, Conggeang.

“Keberadaan serangga satu ini tidak akan jauh dari kedua pohon itu,” kata Endang saat ditemui di kediamannya.

Dalam satu malam, Endang bisa dua kali mengobor turaes, pertama jam 18.30 sampai jam 21.30 dan kedua jam 2.00 sampai jam 4.30. “Tapi serangga ini lebih mudah ditangkap dini hari menuju ke pagi,” tambahnya.

Endang bisa mendapatkan rata-rata sampai 750 ekor setiap malamnya. Bahkan untuk musim ini, dirinya pernah mendapat sampai 1000 ekor setiap malamnya.

“Sekali turun ke lampu, bisa sampai 100 – 125 ekor. Untuk musim ini, Alhamdulillah sering mendapatkan 1000 ekor semalam,” katanya.

Untuk menghemat biaya, Endang memodifikasi lampu pijar untuk kegiatan mengobornya. Dirinya menggunakan lampu DC dan sumbernya memakai aki kering motor.

Dia turaes dari Conggeang dan Buahdua mempunyai keunggulan dari segi rasa. Hal tersebut dikarenakan makanannya berasal dari pohon suren dan pete, sehingga rasanya lebih nikmat dibandingkan turaes dari daerah lain.

“Misal turaes dari daerah Tanjungsari dan Maja, di kedua daerah tersebut banyak pohon singkong hingga rasa turaesnya akan terasa lebih pait,” tutupnya.

#Turaes #Serangga #Makanankhas #Conggeang #Buahdua #sumedang #erksfm #news-erks