Legenda Nusantara, Asal Usul Telaga Warna

Redaksi eRKS FM

 - 

Sunday, 30 July 2023 - 23:23 WIB

Legenda Nusantara, Asal Usul Telaga Warna

Legenda Nusantara, Asal Usul Telaga Warna  — 4 bulan yang lalu


Menurut legenda rakyat Jawa Barat, Telaga Warna terjadi karena ulah seorang putri manja kerajaan Kutatanggeuhan yang bernama Putri Gilang Rukmini, yang kasar menolak hadiah ulang tahun berupa kalung emas dan permata. Sang Ratu sangat sedih melihat kelakuan putrinya tersebut dan semua orang pun ikut meneteskan air mata, hingga istana pun basah oleh air mata mereka. 

Mereka terus menangis hingga air mata mereka membanjiri istana, dan tiba-tiba saja dari dalam tanah pun keluar air yang deras, makin lama makin banyak. Hingga akhirnya kerajaan Kutatanggeuhan tenggelam dan terciptalah sebuah danau yang sangat indah.Di hari yang cerah, kita bisa melihat danau itu penuh warna yang indah dan mengagumkan. Warna itu berasal dari bayangan hutan, tanaman, bunga-bunga, dan langit di sekitar telaga. Namun orang mengatakan, warna-warna itu berasal dari kalung putri yang tersebar di dasar telaga.

Mari kita simak dongeng nusantara tentang asal usul telaga warna Menceritakan tentang Putri Gilang Rukmini yang dimanjakan oleh kedua orangtuanya .

Pada zaman dahulu kala, hiduplah raja dan ratu yang menginginkan seorang keturunan

terdapat sebuah kerajaan yang bernama Kutatanggeuhan, Kerajaan Kutatanggeuhan ini dipimpin oleh Raja Suwartalaya dan Permaisurinya,  Ratu Purbamanah. Dipimpin oleh raja yang adil dan bijaksana, serta hamparan tanahnya nan subur, membuat rakyat Kutatanggeuhan hidupnya makmur. Sayangnya semua kemakmuran dan ketentraman itu masih belum lengkap.Raja Suwartalaya dan Ratu Purbamanah belum dikaruniai anak. Setiap hari tanpa berputus asa Raja Suwartalaya dan Ratu Purbamanah berdoa kepada Tuhan agar segera diberi keturunan.

Bahkan, agar keinginannya segera terkabul Raja Suwartalaya pun pergi ke hutan dan bertapa selama beberapa hari.Beberapa bulan kemudian kabar gembira akhirnya datang juga. Setelah tidak berputus asa berdoa kepada Tuhan, Ratu Purbamanah pun mengandung, Kabar gembira tersebut diumumkan ke seluruh penjuru negeri. Rakyat yang turut bergembira, datang ke istana sambil membawa hadiah.

Putri Gilang Rukmini tumbuh menjadi gadis dewasa, ia sangat dimanjakan oleh kedua orangtuanya

Setelah menunggu selama sembilan bulan lamanya, akhirnya Ratu Purbamanah melahirkan seorang bayi perempuan yang menawan. Raja Suwartalaya memberi nama bayi tersebut Gilang Rukmini. Rakyat yang mendengar kelahiran sang Ratu, kembali datang ke istana membawa hadiah. Mereka sangat bergembira atas kelahiran Putri Raja, sehingga membawa hadiah yang lebih banyak.

Putri satu-satunya di Kerajaan Kutatanggeuhan ini tumbuh menjadi gadis dewasa yang menawan. Raja Suwartalaya dan Ratu Purbamanah sangat menyayanginya, bahkan apa saja yang diminta oleh Putri Gilang Rukmini, pasti dituruti.Namun, rasa sayang berlebihan membuat Raja dan Ratu Kutatanggeuhan sangat memanjakan Gilang Rukmini. Putri Raja itu pasti akan marah-marah jika keinginannya tidak dipenuhi. Bahkan Gilang Rukmini tak segan berbicara kasar. Namun baik Raja dan Ratu, maupun rakyatnya tetap menyayangi Gilang Rukmini.

Menjelang hari ulang tahunnya yang ke-17, Gilang Rukmini meminta hadiah yang istimewa

Menjelang hari ulang tahunnya yang ke-17, Gilang Rukmini meminta hadiah kepada sang Papa.

"Papa, untuk ulang tahunku nanti, aku meminta hadiah yang istimewa!" ucap Gilang Rukmini.

"Apa ada yang kau minta wahai putriku?" tanya Raja Suwartalaya.

"Aku meminta setiap helai rambutku ini dipasangi dengan butiran berlian!" jawabnya.

"Permintaanmu kali ini sangat berlebihan. Janganlah berlebih-lebihan dalam menggunakan perhiasan." kata Ratu Purbamanah mengingatkan.

"Benar putriku. Bukankah perhiasanmu sudah banyak? Bahkan bajumu pun hampir semuanya dihiasi dengan berlian. Lebih baik perhiasan yang ada, kita gunakan untuk kepentingan rakyat Kutatanggeuhan." kata Raja yang juga memberikan nasihat pada putrinya.

Gilang Rukmini sangat marah karena permintaannya yang tidak dikabulkan

Mendengar permintaannya ditolak, Gilang Rukmini sangat marah.Dia kemudian mengambil semua perhiasannya dan melemparkannya kearah kedua orangtuanya. Raja Suwartalaya dan Ratu Purbamanah sangat sedih melihat perilaku putrinya. Meskipun dengan perasaan sedih, Raja Suwartalaya masih berusaha memberikan hadiah yang indah untuk putri semata wayangnya. Beliau kemudian menemui Kamasan Istana. Kemasan sendiri merupakan istilah dalam bahasa Sunda untuk ahli pembuat emas.

"Kamasan tolong buatkan kalung yang indah untuk hadiah ulang tahun putriku." kata Raja Suwartalaya.

"Baik yang mulia, perintah paduka siap hamba laksanakan." kata ahli emas istana.

Orangtua dan seluruh rakyat Kutatanggeuhan, merayakan ulang tahun Putri Gilang Rukmini di istana

Hari ulang tahun Putri Gilang Rukmini pun tiba. Rakyat Kutatanggeuhan bersama Raja dan Ratu berkumpul di bailairung istana, untuk merayakan ulang tahun sang Putri. Mereka semua bersabar, menunggu kedatangan Putri Gilang Rukmini. Setelah Putri Gilang Rukmini datang, Raja Suwartalaya segera menyambutnya. Pakaian yang dikenakan sang Putri sangat gemerlap dengan perhiasan intan berlian.

"Putriku, akhirnya kamu tumbuh menjadi gadis dewasa. Bukan hanya orangtuamu yang menyayangimu, namun seluruh rakyat Kutatanggeuhan juga sangat menyayangimu." ucap sang Raja.

Sebagai wujud rasa sayang rakyat Kutatanggeuhan, mereka memberikan hadiah kalung emas berlian ini untuk Putri Gilang Rukmini. Namun sayangnytam Putri Gilang Rukmini menolak hadiah tersebut dengan kasar.

"Kalung emas ini jelek sekali! Aku tidak sudi memakainya!" kata Putri Gilang Rukmini sambil membanting kalung emas itu ke lantai istana.

Tangisan ratu dan rakyat Kutatanggeuhan membuat seluruh kerajaan tenggelam oleh banjir air mata

Kalung emas berlian itupun hancur berantakan di lantai seluruh balairung istana. Seketika suasana yang gembira, menjadi hening.Ratu Purbamanah yang sangat tidak menduga kelakuan putrinya, menjadi sangat sedih dan langsung menangis. Bukan hanya Ratu Purbamanah yang menangis, namun seluruh rakyat Kutatanggeuhan ikut menangis sedih melihat kelakuan Sang Putri. Tangisan tiada henti rakyat Kutatanggeuhan itu pun buat istana banjir oleh air mata. Istana Kutatanggeuhan pun pelan-pelan tenggelam oleh air mata rakyatnya,

Bukan hanya istana, tangisan rakyat Kutatanggeuhan juga menenggelamkan seluruh kerajaan. Seluruh kerajaan Kutatanggeuhan yang tenggelam oleh banjir air mata itu menjadi asal usul sebuah telaga. Telaga tersebut sangat indah dan berwarna-warni, terutama jika hari sedang cerah. Warna indah Itu dipercaya berasal dari perhiasan putri Gilang Rukmini yang tersebar di dasar Telaga. Sejak itulah Telaga tersebut dikenal dengan nama Telaga Warna.

Nah itulah dongeng Telaga Warna. pesan dari dongeng ini hendaklah menjadi anak yang sopan pada orangtua dan menghargai setiap pemberian dari orang lain.Meskipun tidak mendapatkan hadiah yang diinginkan, dibalik setiap hadiah yang diberikan oleh orangtua atau orang lain, ada kasih sayang dan usaha keras yang harus dihargai.

Selain itu Telaga Warna mempunyai keunikan yang khas yaitu dapat berubahnya warna permukaan air telaga. Telaga warna ditumbuhi jenis gulma air (Najas Gramininae) yang mendominasi seluruh permukaan telaga. Sinar matahari yang memancar ke permukaan telaga, gulma memberikan efek perubahan warna pada permukaan telaga menjadi hijau muda, hijau tua sampai warna gelap tergantung dari intensitas matahari yang masuk. Fenomena ini sangat menarik dan mengundang banyak pengunjung.

Kawasan taman wisata telaga warna ini menawarkan panorama alam yang masih asri, terletak di pinggir sebuah telaga yang masih terjaga keasriannya, sehingga wistawan bisa menikmati pemandangan dan mengelilingi danau menggunakan perahu atau rakit. Selain itu, dapat juga melakukan kegiatan rekreasi keluarga sambil bersepeda air.

Keistimewaan lainnya, di tempat ini dapat dijumpai beberapa jenis flora asli hutan tropika pegunungan, seperti Puspa dan Kihiur serta beberapa tanaman tingkat rendah, antara lain Paku Tiang, Rame, dan Rotan.Wisatawan juga bisa menemui beberapa jenis fauna liar, seperti hewan mamalia, primata, aves, dan reptilia. Adapun mamalia yang masih ada ialah macan tutul dan babi hutan. Kemudian jenis primata yang dilindungi di objek wisata Telaga Warna ialah kera abu-abu, surili, dan lutung.

 

#dongeng #nusantara #masyarakat #sumedang #erksfm #news-erks